Minggu, 05 Juli 2015

Main-Main



“Ikut turnamen futsal yuk pak?” kata gw sambil membawa selembaran

“Ahh males nanti kuku bapak yang abis pedicure patah” kata dia sambil menunjukan kukunya yang 
memang terlihat lentik sekali dengan kutex warna pink yang serasi.

“Main-main aja pak ?” tanya gw pantang menyerah

“kaya anak kecil aja main-main.” Kata-kata bapak yang berusia mungkin telah mau memasuki usia 40. Yang meloyor pergi setelah berkata seperti itu.

Hmmmmmmmmmmmm

Setelah mendapatkan penolakan itu kadang gw suka berpikir kenapa kebanyakan orang dewasa tidak pernah mau lagi diajak untuk bermain. padahal menurut gw main-main itu bukan hal yang jelek . yah kecuali dia maen cewek. Itu baru konotasinya jelek banget
ok acuhkan

pagi ini gw membaca sebuah qoute yang mengingatkan gw akan sesuatu

 “kebanyakan manusia mati pada usia 25 tapi baru dikubur di usia 75”

Maknanya bermakna dalam buat gw. seolah berkata manusia setelah di usia 25 mati karena terikat oleh kerjanya dia. dia lupa untuk menjadi manusia utuh yang sebenarnya.

Emang manusia utuh yang sebenarnya bagaimana dit ?

Yah tentu saja yang mempunyai dua kaki, dua tangan dan 32 gigi dan semacamnya.

Yeahh itu mah manusia normal biasa kampret

Bercanda-bercanda. Tidak utuh sepenuhnya adalah karena mereka lupa untuk “bermain”
Ada satu ilmu yang pernah gw ajarkan kepada murid-murid gw . dan gw ingin sebarkan kepada semuanya yaitu adalah tentang bermain.

Manusia pada hakikatnya memang dibilang sebagai homo sapien atau sering dibilang adalah mahluk yang selalu ingin tahu. Makannya manusia belajar. Riset dan semacamnya karena pada dasarnya begitu akan tetapi ada yang sering lupa diajarkan oleh para guru-guru dan pengajar lainnya. Adalah bahwa manusia juga sebenarnya adalah mahluk homo ludens.

Yah manusia adalah suatu mahluk yang selalu ingin bermain. itu makannya gw selalu percaya dengan sebuah qoute you never too old for playing  karena itu memang adalah kita.
Justru manusia kalo berhenti bermain berarti dia bukan manusia lagi.

Dari adhitya nugraha iskandar “Trust me I’m  S. Pd”