Namanya adalah
Mardiansyah seorang laki-laki tidak tampan tapi mengaku tampan, Tidak kaya tapi
sombong, Sering dipanggil Dian atau mbak Dian.
Laki-laki yang kalo ngelawak
kadang kita harus mikir dulu. tentang jokesnya seperti jokesnya yang berkata
“kenya itu
kalo kita abis makan tuh kenya”
atau
“angin-angin
apa yang bisa ngangkat mobil”
“Angin puyuh”
“salah yang
bener angin puting beliung BRITAMA”
Sungguh jokes
yang ngebuat kita mikir. Akan tetapi sebagai seorang lelaki yang berprilaku
ceria kali ini dia terlihat sangat murung sekali. Yah lelaki itu adalah gue
sendiri. Entah kenapa gue menuliskan cerita yang harusnya dari pola pandang
orang pertama akan tetapi gue melihat pola pandang orang ketiga di awal-awal
cerita ini.
Mungkin gue
hanya ingin kalian tahu bahwa bagaimana diri gue dan bagaimana terpuruknya gue
saat ini. Mungkin gue hanya ingin kalian merasakan dan memahami secara dekat
dan seolah berada di sebelah gue yang sedang kesepian ini. Melihat dan
membayangkan secara langsung bagaimana patah hati bisa membuat seorang lelaki
yang bisa tertawa terbahak-bahak hanya dengan mengunakan jokes receh kini duduk
di depan laptop terdiam dan mengetik semua kesedihannya.
Bagaimana
semua bermula?
Kisah gue sama
dia awalnya hanya dari pertemuan biasa. Mungkin hanya pertemuan dan percandaan
biasa. Dia biasa gue panggil pendek karena dia memang pendek dan biasanya dia
memangil gue sih bodoh. wanita itu
namanya adalah Dila. Seorang wanita yang dari dulu sudah gue suka.
Akan tetapi
entah kenapa gue tidak berani mengatakannya. Mungkin karena waktu itu gue
adalah hanya anak SMP yang suka bertingkah konyol. Bertingkah konyol hanya
untuk mendapatkan tawanya. Gue tidak begitu peduli tentang pendapat orang bagi
gue selama dia ketawa rasanya tidak masalah.
“Sudah kelas 3
SMP nih. Kamu harus lebih sering belajar”
“Belajar hanya
untuk orang bodoh, kalo jenius ga perlu belajar”
dia tertawa
dan gemas sekali. gue tahu memang harusnya gue belajar lebih rajin, akan tetapi
gue rasa gue yang waktu itu SMP sudah tahu mau kearah mana gue melangkah. Gue
jadi tahu berapa yang nilai yang dibutuhkan untuk mencapai SMK itu. Gue merasa
orang yang belajar keras tanpa tujuan seperti marmut yang berlari di tempat dia
bermain. rasanya sang marmut telah merasa jalan jauh akan tetapi dia belum
sampai kemana-mana. yah setelah SMP memang gue ingin masuk SMK. Tujuan gue
sederhana sesegera mungkin tidak merepotkan orang tua.
begitu klise
tapi itu yang emang pengen gue lakuin.
Makannya gue
ga terlalu pengen bercerita itu kepada Dila. Apa yang ngebuat gue tertarik
dengan Dila mungkin sederhana seperti rumusan FTV N0.13 yang disiarkan pada
siang hari yaitu adalah “bahwa lelaki bodoh suka dengan gadis yang pintar” tapi
tanpa adegan tabrak –menabrak tentunya.
Dila tentu
saja pintar. Menyabet nilai NEM masuk tertinggi dari SD. Kenapa dia mau memilih
masuk SMP yang biasa-biasa ini tentu karena dia males untuk sekolah jauh-jauh.
Akan tetapi walau dia malas untuk sekolah jauh-jauh bukan berarti dia anak
pemalas. Dia rajin membaca untuk anak seusianya sedangkan gue waktu itu suka
sekali sepak bola. Yah seperti Gaston yang menyukai Belle (gaston ini dari film
beauty and the beast bukan gaston Jupe tentunya)
Gue Pernah
bertanya “kenapa lu ga sekolah di tempat yang lebih bagus”
“belajar itu
bukan tentang tempatnya akan tetapi kemauan kita untuk jadi lebih baik” rasanya
kata-kata itu lebih dewasa pada umurnya yang masih bocah. Gue suka sekali
dengan Dila dan gue berjanji akan mengungkapkannya pada Dila pada acara
perpisahan.
Setiap hari
mendekati momen itu gue selalu mengebu-gebu. Sebenarnya ajang perpisahan adalah
cara licik seorang cowok untuk mengungkapkan. Karena setidaknya kalo misalnya
ditolak kita akan segera berbeda sekolah.
Akhirnya waktu
itu pun tiba.
Perpisahan
yang dinantikan. Semua melakukan upacara dan ada spanduk yang mengatakan bahwa
SMP Negeri 178 menyatakan siswa kami lulus 100%. Rasanya memang sedih momen
kehilangan teman-teman seperjuangan yang sering bercanda bareng. Waktu SD gue
tidak merasakan kesedihan macam ini karena dulu gue berpikir bahwa kalo pengen
ketemu tinggal ketemu saja akan tetapi sekarang tidak bisa lagi momennya tidak
bisa diulang. Dalam hidup kan memang begitu momen itu datang dan kalo sudah
terlewat dia tidak akan kembali lagi.
Tapi mungkin
yang paling sedih adalah momen bersama Dila. Akhirnya setelah upacara selesai
gue mencari Dila dimana.
“Bro ngeliat Dila
ga?”
Tadi kayaknya
ada di depan ruang musik deh.
“sama.....”
Gue tidak
mengacuhkan kata-kata selanjutnya dan gue segera pergi mengejar mereka..
Di depan ruang
music memang agak sepi karena dia agak di dalam dan belok kiri dulu. sampai di
depan. Gue mendengar suara
“Dila kumohon
terima Aku”
Gue tahu suara
ini adalah benni temen sekelas gue juga.
“tapi aku
emang ga suka”
“kasih aku
kesempatan Dila. kumohon”
Dan Dila pun
segera membuka mulutnya
...................[1]
--------------------
Setelah gue
masuk SMK. Gue jadi jarang sekali ketemu Dila tentu saja karena gue juga males karena
Dila telah jadian dengan Beni. Pas gue naik kelas 2 SMK gue tahu bahwa dia ikut
pindah ke kampung halamannya di Solo ketika pindah berakhir juga hubungannya
dengan Benni. Benni bercerita dan gue tertawa dalam hati. Memang jahat tapi
setidaknya hanya itu bales dendam yang bisa gue lakukan. Setelah Dila pindah
gue melanjutkan kehidupan gue seperti apa adanya. Hidup terus berlanjut dan
bayang Dila lambat laun juga terlupakan. Ada beberapa wanita yang mampir dan
juga pergi.
--------------------
Di
kantor gue. Sudah sampai dan cukup terlambat. Karena tiba-tiba motor mengalami
tambal ban. Dan setelah datang Bos gue langsung menyuruh untuk ketemu dengan
desainer katanya ada desainer dari
perusahaan lain yang pengen liat kualitas barang kita. tentu gue yang disuruh
bos untuk menghadapinya kalo ditanya kenapa jawaban sangat simple. Tentu saja
bos malas untuk menghadapinya. Dan kalo dengan teman-teman gue yang
kecerdasaanya ga jauh beda dengan simpanse yang baru pulang dari umroh[2]
Akhirnya
gue melihat seorang wanita kantoran yang memang cantik sekali. Dari jauh dia
berhenti dan berjalan bergegas segera setelah melihat gue.
“kamu
Dian ya” tanya wanita cantik itu
“iya” belum sempet
gue menyadari serangan shock ini tiba-tiba wanita ini segera menanyakan
pertanyaan lain
“kamu
ngapain?”.
Gue
mengfokuskan diri dan tersadar bahwa ini adalah Dila. “kamu Dila ya?”.
“iya
hii. Udah lama ya. Kamu ngapain?”
“Yah
kerja lah.” Jawab gue pas-pasan
“lu
sendiri ngapain?” Tanya dia balik
“ini
gue tuh disuruh ngecheck kualitas bahan sama kantor. Hehehe”
“ohh
dari PT.Drowex ya?”
Dari
situ gue baru tahu bahwa dia setelah lulus SMA di Solo dia kembali lagi di
jakarta mengambil jurusan tatabusana. Dan dia sekarang menjadi seorang
desainer. dan Dila yang sekarang juga makin terlihat cantik dan dewasa mungkin
karean di usianya sekarang dia juga sudah mulai berdandan.
setelah
pertemuan hari itu berlanjut ke pertemuan selanjutnya. Dari mulanya hanya
membicarakan masalah pekerjaan jadi masalah pribadi dari hal besar sampe hal
yang remeh. Dari kenapa dia putus dengan Benni sampai ngebahas enakan mana
nastar rumah gue dan dia. sekarang hubungan kita rasanya kembali kepada masa
SMP lagi. dekat lagi. dan perasaan yang dulu hilang juga kembali lagi.
9
bulan telah berlalu. Kita menjalani hubungan yang cukup menyenangkan akan
tetapi tiba-tiba kabar Dila kembali menghilang dia tidak bisa dihubungi bahkan.
Ketika disamperi di rumahnya ibunya selalu bilang tidak ada.
-------1 bulan berlalu telah
berlalu.------
Sampai
tiba-tiba ada yang sebuah line masuk.
“Hi Dian. Apa
kabar?”
“Baik. kamu
kemana aja selama ini?”
“Aku tidak kemana-mana
kok.”
“Ga keman-mana
tapi ngilang.”
“Aku ada yang
pengen aku omongin ke kamu”
“Aku juga kata
gue yang bersemangat 45”
Dia minta
ditemukan di sebuah cafe bernama serabi teras. Yang tentu makanan utamanya adalah
serabi. Tempat yang nyaman emang buat nongkrong anak-anak muda. Kali ini dia
datang dan pada malam ini dia terlihat sangat cantik sekali.dia mengenakan
kemeja bewarna biru dan dengan mengunakan celana skiny dan tas jinjing warna
coklat rasanya dia malam ini berasa anggun sekali .
Akhirnya kita
berbasa-basi terlebih dahulu seperti sedang sibuk apa. Dan hal-hal remeh
lainnya. Seperti kenapa dan berlanjut
“kamu apa yang
mau diomongin”kata gue
“kamu dulu
aja. Katanya ada yang mau dibahas”
“yaudah”
Akhirnya
dengan semangat dan mengumpulkan keberanian selama 1 bulan tidak ketemu
akhirnya gue berani mengambil tindakan. Gue segera mengambil cincin. Dan
berkata.
“mau ga
menikah dengan gue?”
“lalu muka Dila
tiba-tiba mengeluarkan air mata. Tapi air matta ini bukan air mata terharu akan
tetapi air mata kesedihan,
“kenapa Dila?”
kali ini dia
terdiam jauh lebih lama dia tidak berkata apa-apa. Hening kisaran 2 menit. Lalu
dia mengeluarkan sebuah undangan.
Dila dan roby.
20 September
2017
Justru karena
teralu suka dengan kamu aku takut aku ditolak kamu. Aku pikir kamu emang ga
pernah suka sama aku. Mungkin hubungan kita memang Cuma temen aja.
“Aku selalu
berharap kamu bisa bilang suka sama aku. Tapi kenapa sekarang ketika aku udah
ngeyakinin diri aku bahwa kamu bukan jodohku. Bahwa mungkin jodoh kamu adalah
orang yang lebih baik daripada aku
Aku sudah
ngeyakinin diri aku. Aku sudah nyiapin diri aku buat pertemuan ini dan
ngeyakinin diri aku bahwa pilihan yang aku pilih itu bener. Tapi kenapa kamu
baru sekarang”
Kali nada Dila
menjadi tidak biasa naik ke oktaf yang lebih tinggi dari biasanya.
Kali ini gue
juga terdiam.
Terdiam
kembali melihat wajahnya yang menangis sedih. Beruntung kita berada di posisi
ujung jadi tidak ada banyak orang yang melihat.
Setelah itu
gue mengantar dia pulang. Mengantarnya sampai di dpean rumahnya. Berdiri dan
berkata
“aku sangat
mencintaimu Dila”
Dila pun
menerima lalu segera mendorong. Dan menangis kembali.
“dia juga
sangat mencintaiku Dian”
Dan dia segera
masuk ke pintu rumahnya.
------------------
Setelah itu
yang terjadi adalah seperti sekarang. Cuma ada seorang laki-laki yang duduk
depan laptop dan menyesali kesempatan yang terlewat dua kali. Waktu memainkan
drama paling kejam dia memberikan dan mengambil itu kembali. Moment dimana gue
berjalan dengan bahagia dan mempunyai kesempatan darinya juga tidak ada lagi.
Yah ini adalah
tulisan yang gue buat untuk menyampaikan bagaimana perasaan gue terhadap Dila.
Entah apa dia akan membaca atau tidak akan tetapi gue harap dia akan membacanya
karena ini adalah usaha gue terakhir. Yah bukan untuk membatalkan pernikahannya
tapi untuk bisa dekat di hatinya. Yah
ini adalah tulisan yang kudedikasikan untuk mu.
Tulisan ini
kupersembahkan darimu wahai cinta pertamaku walu bukan menjadi cinta yng
terakhir.
Mardiyansyah.
Teman SMP mu.
Semoga
pernikahanmu bahagia.
Terima kasih.
[1] kalo di
Film mungkin ini seperti bagian dimana ada orang mengeluarkan kata-kata tapi
tidak bersuara dan tiba-tiba sudah adegan selanjutnya. Kenapa gue ingin seperti
itu mungkin rasanya sakit saja menjelaskan detail bahwa kata itu pernah keluar
dari mulut Dila
[2]
FYI
simpanse emang ga ada yang ke umroh kok lagi bingung cari analogi aja
Adit :))) semoga ada penggantinya yang lebih baik :)
BalasHapusAdit :(( subhanallah . . Yang kuat ya 😄
BalasHapusBukan cerita saya ini sih dian..
BalasHapus